![]() |
SELAMAT DATANG(WELLCOME)PUSAT KAJIAN ILMU KOMUNIKASI |
Home KOMUNIKASI MASSA ![]() |
Semiotika Komunikasi Massa: Sebuah Pengantar Semiotika sebagai sebuah cabang keilmuan memperlihatkan pengaruh yang semakin kuat dan luas pada akhir-akhir ini termasuk di Indonesia. Signifikansi semiotika tidak saja sebagai metode kajian (decoding) akan tetapi juga sebagai metode penciptaan (encoding). Sebagai metode kajian, semiotika memperlihatkan kekuatannya di dalam berbagai bidang, seperti antropologi, sosiologi, politik, kajian keagamaan, media studies, dan cultural studies. Sebagai metode penciptaan, semiotika juga memiliki pengaruh pada bidang-bidang seni rupa, seni tari, film,desain produk, arsitektur, termasuk desain komunikasi visual. Sebagai sebuah disiplin keilmuan, yaitu "ilmu tentang tanda" (the science of sign)semiotika mempunyai prinsip, sistem,aturan, dan prosedur-prosedur keilmuan yang khusus dan baku.Akan tetapi, pengertian ilmu dalam ilmu semiotika tidak dapat disejajarkan dengan ilmu dalam ilmu alam (natural science) yang menuntut ukuran-ukuran matematis yang "pasti" untuk menghasilkan sebuah pengetahuan "objektif" sebagai sebuah "kebenaran tunggal". Semiotika bukanlah ilmu yang mempunyai sifat kepastian, ketunggalan, dan objektivitas semacam itu, melainkan dibangun oleh "pengetahuan" yang lebih terbuka bagi bermacam-macam interpretasi. Meskipun demikian, ada pihak-pihak yang memperlakukan semiotika sebagai ilmu-ilmu alam dan matematika, yang di dalamnya diandaikan adanya sebuah "kebenaran tunggal, sebuah kepastian objektif, sebuah "kebenaran akhir" (logos), yang di luar kebenaran itu tidak boleh ada kebenaran lainnya. Mereka lalu menempatkan diri sebagai "otoritas tunggal"atau "aparat penjaga" kebenaran tunggal itu, agar tidak dirusak oleh pandangan-pandangan lain (the other of truth) yang dianggap keliru, salah, sesat, haram, dan menyimpang. Mereka menganggap diri mereka sebagai KEBENARAN itu sendiri. Mereka tidak menyadari bahwa semiotika tidak dibangun oleh kebenaran tunggal seperti yang mereka klaim. Semiotika mengajarkan tentang makna jamak (polysemy) sebagai prinsip dasar semiotika. Prinsip dasar ini juga berlaku untuk definisi ilmu semiotika itu sendiri. Berkaitan dengan doktrin tanda misalnya, di dalam semiotika tidak hanya berkembang satu doktrin tanda yag tunggal, melainkan berbagai doktrin tanda yang satu sama lainnya berbeda bahkan bertentangan, akan tetapi tetap diakui sebagai doktrin tanda di dalam komunitas semiotika. Doktrin tanda dari de Saussure, peirce, dan Hjemslev adalah doktrin yang tidak sama, dan pembacaan terhadapdoktrin tanda mereka juga beragam. Misalnya tidak hanya ada beragam "pembacaan" terhadap semiotika struktural deSaussure,tetapi pembacaan-pembacaan itu malah saling bertentangan satu sama lainnya. Misalnya, beberapa pemikir seperti Jacques Derrida, melihat semiotika struktural deSaussure sebagai semiotika yang statis, logosentris, dan tertutup. Akan tetapi, beberapa pemikir lain seperti Paul J. Thibault,(melalui pembacaan ulang yang dilakukannya terhadap doktrin deSaussure) melihat semiotika deSaussure sebagai semiotika yang dinamis, kontekstual, dan terbuka. Pembacaan Thibault ini jelas bertentangan dengan pembacaan Derrida. Akan tetapi, Thibault maupun pemikir lainnya dalam bidang semiotika tidak pernah mengharamkan untuk membaca buku Derrida,karena menyadari betul pluralitas interpretasi dalam semiotika dan inilah yang dikatakan "kedewasaan intelektual". Dikutip Dari Sumbo Tinarbuko Salam Administrator Dr. Muslih Aris Handayani, M.Si Communication Science, Padjajaran University, Bandung, West Java ![]()
|