Make your own free website on Tripod.com
Muslih Aris Handayani, M.Si

SELAMAT DATANG

(WELLCOME)

PUSAT KAJIAN ILMU KOMUNIKASI


Home

KOMUNIKASI MASSA

KOMUNKASI BUDAYA

KOMUNIKASI POLITIK

JURNALISTIK

KOMUNIKASI INTERPERSONAL

PHOTOGRAFI

PRODUKSI DAN EDITING FILM

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

KOMUNIKASI KEDOKTERAN

KOMUNIKASI ORGANISASI

Muslih Aris Handayani, M.Si







 

 

 

Mitologi Roland Barthes : Dunia Gulat

Pelajaran yang dapat diambil dari dunia gulat adalah“ Bahwa dia merupakan tontonan yang melampaui batas”. Di sini kita menemukan situasi berlebihan yang telah menjadi bagian dari teater kuno. Dan senyatanya gulat adalah satu pertunjukan di ruang terbuka, karena yang menjadikan sirkus atau arena sebagaimana yang kita saksikan hari ini bukanlah langit (suatu nilai romantis yang lebih tepatberlaku pada peristiwa di masa kini) melainkan kucuran dan banjir cahaya di atas. Meskipun tersembunyi di gedung-gedung pertunjukan kumuh di kota paris, gulat mirip dengan pertunjukan agung di ruang terbuka, drama Yunani dan adu banteng, pada kedua pertunjukan itu, cahaya tanpa bayangan membangun emosi tanpa penolakan sedikit pun.

Ada sementara orang yang berpikir bahwa gulat adalah olah raga yang tercela– gulat sebenarnya bukan olah raga ia merupakan tontonan, dan tidak lagi lebih hina ketika orang menonton pementasan Suffering yang penuh dengan adegan gulat dibandingkan dengan tontonan menyedihkan Arnolphe atau Andromaque. Tentu saja ada gulat palsu yang lazim disebut dengan gulat amatir, ia dimainkan di gedung-gedung pertunjukan kelas dua, di mana publik secara spontan menyelaraskan dirinya dengan sifat spektakuler kontes ini, seperti halnya penonton pada film sub-urban. Lalu orang-orang yang sama ini menjadi jengkel karena gulat adalah olah raga di atas panggung yang telah direkayasa (yang seharusnya menyembunyikan kehinaannya).

Publik sama sekali tidak tertarik untuk mengetahui apakah kontes ini dimanipulasi atau tidak, dan memang demikian adanya, dia menjerumuskan dirinya semata-mata kepada nilai lebih dari pertunjukan tersebut yang menanggalkan semua motif dan konsekuensi“ yang menjadi persolan bukanlah apa yang dipikirkan namun apa yang dilihat.

Publik tahu betul perbedaan antara gulat dan tinju, mereka tahu bahwa tinju adalah olah raga Jansenist yang didasarkan atas pamer keperkasaan(Sumber : Roland Barthes, terj. Kreasi Wacana)

Salam Administrator

Dr. Muslih Aris Handayani, M.Si, Communication Science, Padjajaran University, Bandung, West Java

Muslih Aris Handayani, M.Si

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA

Copy Right 2021: Dr. Muslih Aris Handayani, M.Si

Situs Ini Dengan Niat Baik Untuk Menyebarkan Ilmu Terima Kasih

Dr. Muslih Aris Handayani, M.Si